Jejak Langkah Pemberdayaan Masyarak

07.59 Diposting oleh HERI IRAWAN
* Menahan Ego – Membangun Bersama
SEJUMLAH program pemberdayaan masyarakat yang ada di Kalimantan Barat semisal PNPM Mandiri (ex PPK dan P2KP), CWSH, RISE, P2DTK dan lain-lain. Namun Apakah dengan segudang pengalaman itu kita (khususnya Pemerintah-LSM-Masyarakat) telah berhasil memberdayakan masyarakat? Apa yang telah kita berikan untuk kemajuan masyarakat ?
Mungkin kita lupa untuk itu – atau bahkan mungkin kita hanya mengeluh dan menuntut.
HERI IRAWAN, LANDAK
MUNGKIN kita lupa bahwa setiap program pembangunan yang dilaksanakan pada dasarnya adalah suatu perubahan sosial yang direncanakan, yang pada akhirnya akan merangsang perubahan pada bidang atau aspek lainnya dalam kurun waktu yang berbeda, terutama pada perubahan pola pikir dan perilaku masyarakatnya. Artinya jika kita tidak peduli, masyarakat dayak hanya jalan ditempat- menonton para pendatang yang lebih maju, karena perubahan sosial itu sebagai transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Marcionis, 1987). Hal senada juga diungkapkan Ritzer (1987) bahwa perubahan sosial itu mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu.
“Kita juga menyadari bahwa suatu kebudayaan tidak ada yang statis, sekecil apapun pasti akan mengalami perubahan. Ketika Ngabang masih merupakan bagian dari Kab. Pontianak misalnya, terminal bis terus hidup 24 jam, bibit olahragawan Kalbar banyak muncul dari Ngabang seiring dengan teraturnya jadwal kompetisi,” kata Drs Ari Hariadi – pengamat pengembangan masyarakat.
Alumnus Antropolgi UNPAD menilai, demikian pula dengan perekonomian yangtak pernah sepi pemodal, namun setelah itu? Pada intinya suatu proses pembangunan merupakan suatu proses yang secara sengaja diadakan untuk mendorong perubahan sosial budaya kearah tertentu. EKM Masinambau menyebutkan proses perubahan itu antara lain menyangkut: a) menggeser nilai-nilai yang ada; b) menggantikannya; c) mentransformasikannya; d) menambah sesuatu hal baru dan menyandingkannya dengan yang lama. Artinya bahwa jika kita cepat puas akan apa yang telah kita dapatkan dan ego diri telah menyelimuti, kita akan terbutakan dengan warisan budaya nenek moyang kita yang besar, akhirnya kita tidak akan berbuat apa-apa dan tinggal menonton kemajuan orang-orang yang datang belakangan. Maukah ?
Seiring dengan banyaknya program yang mengatasnamakan pemberdayaan masyarakat, banyak Proyek/program datang dan "dititipkan" dibawah tangungjawab Pemerintah Daerah, khususnya jika dana itu datang dari donor pemerintah Negara asing atau badan lain seperti UN/WB/ADB dll. Jika kita bertanggungjawb membangunan masyarakatnya, artinya kita (Pemda, Ormas/LSM, Masyarakat) perlu menjadi partner penting dalam keseluruhan siklus proyek/pembangunan itu sendiri. Lantas role/peran apa yang paling tepat untuk masing-masing kita jalankan dalam tiap fase dari siklus proyek??
Dari sejumlah penelitian dan pengalaman mengatakan bahwa pada kebanyakan negara-negara berkembang, menujukan adanya kelemahan pihak pemerintah untuk mengimplementasikan community based development projects atau program berbasis masyarakat, dari planning-implementasi dan paska pelaksanaannya (O&M dll), walaupun semua itu tergantung dari type proyek itu sendiri. “Community Infrastructur Project – dengan bukti fisik (hardware) yang jelas mungkin lebih mudah dikelola pemerintah dari pada proyek yang lebih menekankan pada awareness raising, training, planning dan lain-lain yang sifatnya "software" type of activities seperti perubahan pola pikir dan perilaku yang tak nampak secara kasat mata,” jelas mantan Koorkot P2KP Kabupaten Landak ini.
Namun jangan lupa bahwa community based infra projects itu juga mengandung banyak unsur "software"nya, karena akan menyentuh elements pembangunan organisasi, pemahaman pengoperasian dan pemeliharaan (O&M) dan lain-lain, terutama dalam hal yang menyangkut perubahan pola pikir-perilaku-untuk penumbuhan rasa memiliki hingga program itu benar-benar Dari-Oleh-Untuk-Masyarakat (DOUM) untuk kesinambungannya. Mungkin hal-hal seperti inilah yang lebih sulit untuk dapat dikelola oleh tiap Dinas/Instansi Pemerintah, jika dibandingkan dengan pengalihan pada pihak ke-tiga seperti LSM-Konsultan dan lain-lain. ***
You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Response to "Jejak Langkah Pemberdayaan Masyarak"


Powered by www.tvone.co.id