Progres Melambat, …… Fasilitator Bertindak

06.39 Diposting oleh HERI IRAWAN
DI saat program menjelang berakhir, sejumlah kendala muncul berakibat pada menurunnya kinerja dan prestasi di lapangan. Berkurangnya tenaga dan biaya dengan undurnya beberapa fasilitator dan mandegnya BOP Tim Fasilitator jadi salah satu penyebab. Ditulis Mubani – Fasos dengan editing Ivory, kisah keseharian ini jadi menarik. Semoga terus berkarya mempertahankan media warga Simeulue tetap eksis sebagai best practice.
Heri Irawan, Ngabang
PELAKSANAAN program Bantuan Dana Lingkungan untuk semua desa dampingan Rekompak di wilayah Simeulue tepatnya di kecamatan Simeulue Timur dan Teupah Selatan dari akhir bulan November 2008 hampir seluruh desa sudah melakukan penarikan dana dari rekening TPK. Progres fisik di lapanganpun on going oleh seksi pelaksana yang terbentuk dimasing-masing desa dibawah pengawasan TPK, Tim Fasilitator Lingkungan dan pihak terkait lainnya. Dari 5 desa ada 3 desa (Air pinang, Labuhan Bakti, Sefoyan) sudah melakukan penarikan beberapa kali, sementara 2 desa lagi terhitung masih melakukan satu kali penarikan dana BDL dari rekening TPK.
Mengacu pada prinsip Rekompak yang menekankan transparansi dan akuntabilitas untuk setiap penggunaan dana maka dalam setiap penarikan dana dari rekening harus segera disertai dengan adanya pembukuan sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan dana yang benar. Tentunya progress keuangan harus seimbang dengan progres fisik di lapangan dipantau secara langsung oleh tim, baik fasilitator teknik, finance dan social, sehingga satu dengan yang lain tidak hanya sama-sama kerja melainkan adanya kerja sama tim yang kuat dalam mendampingi masyarakat menuju proses perubahan pola pikir yang lebih cooperative.
Dalam koridornya fasilitator merupakan kunci person atau ujung tombak penyampaian pesan kepada sekelompok masyarakat, termasuk memfasilitasi dan mensosialisasikan sejumlah kebijakan terkait program. Untuk itu fasilitator harus punya strategi dan kiat tertentu dalam memfasilitasi, karena hal ini bukan hanya tugas Fasos, melainkan semua Fasilitator bahkan Asisten- Tenaga Ahli Korwil dan seluruh personil yang bertugas dalam program berbasisa masyarakat ini.. Namun seiring dengan hadirnya sejumlah permasalahan di lapangan kadang menjadi batu sandungan kelancaran pekerjaan terkait dengan kapasitas/totalitas setiap fasilitator.
Di wilayah Simeulue mulai Desember 2008 terdapat kekosongan tim fasilitator yaitu fasilitator finance dan fasilitator teknik untuk beberapa desa karena ada mengundurkan diri.
Menurut salah seorang dari mereka, salah satu alasan pengunduran dirinya adalah tersendatnya BOP Tim sejak September 2008 lalu, dan ini berbanding terbalik dengan kebutuhan tim menjelang berakhirnya program. Tentu ini terjadi bukan tanpa alasan mengapa BOP tim tidak direkomendir, salah satunya adalah konsekuensi logis dari sejumlah kewajiban pendampingan itu sendiri. Tapi the show must go on, kegiatan tetap harus jalan walau tenaga dan biaya berkurang. Untuk urusan pendampingan pembukuan sementara waktu diambil alih oleh fasilitator teknik dan fasilitator social, adapun kekurangan biaya untuk ATK, operasional komputer dll yang biasa dari BOP – kini jadi swadaya tim. Mungkin kami harus mencontohkan langsung soal swadaya ini, bukan hanya menganjurkan pada masyarakat dampingan kami.
Secara kasat mata, semua hal ini menyebabkan progress BDL bagai jalan ditempat bila kami hanya menunggu kekosongan itu terisi dan BOP lancar. Kami harus segera bertindak, dan secara tidak langsung bentuk kerja sama ini adalah sebuah tindakan yang sangat jitu, walau secara kapasitas rendah namun sudah dapat mengisi ruang kosong dalam tubuh tim agar dapat bersama-sama memperbaiki kendala-kendala yang ada, khususnya pembenahan administrasi, dan peningkatan kualitas fasilitasi agar senantiasa meyakinkan masyarakat untuk tetap bekerja menyelesaikan pekerjaan.
Bagi kami, antara hak dan kewajiban haruslah seimbang, karena secara operasional hal tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan BDL di lapangan. Perbaikan sebuah strategi kedepan sangat diperlukan, namun pabila sudah terjadi harus tetap control agar tidak terjadi lagi, tutur fasilitator social kelahiran sumatera utara ini
Dalam pepatah lama “seperti katak merindukan bulan”, memang proses fasilitasi merealisasikan jargon Dari-Oleh-Untuk Masyarakat (DOUM) tidak secepat membuat rumah, perlu penantian untuk proses peyakinan dalam diri fasilitator dan masyarakat untuk tetap bekerja menyelesaikan pekerjaaan yang tersisa. Jika itu terjadi, otomatis kendala-kendala yang ada tidak berpengaruh terhadap kelancaran namun menjadi pembenahan semua pelaku Rekompak. Mari kita bangun, akhir Februari makin dekat. Tentu kita tak mau meninggalkan utang-janji dan mimpi pada masyarakat dampingan kita **
You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Response to "Progres Melambat, …… Fasilitator Bertindak"


Powered by www.tvone.co.id